Tercemarnya aliran Kali Rasmi ditunjukan dengan air berwarna hitam pekat dan berbau menyengat, serta terlihat dengan adanya penumpukan busa yang hampir mencapai dua meter. Ini terjadi salah satunya di Kampung Pelaukan, Desa Karangsetia, Kecamatan Karang Bahagia.
Menurut keterangan petani yang lahan sawahnya tepat di bantaran Kali Rasmi, Tatang (52), penumpukan busa di Kali Rasmi ini keluar pada saat pintu air dibuka. Pasalnya, aliran busa tersebut terhalang oleh eceng gondok, sehingga terjadi penumpukan mencapai dua meter. Selain berbusa, aliran Kali Rasmi juga membuat warga gatal-gatal dan mengeluarkan aroma tidak sedap (bau).
"Tingginya bisa sampai dua meter. Lagi musim kering (kemarau) maupun penghujan, kalau pintu air dibuka pasti berbusa. Air ini juga mengakibatkan gatal-gatal dan bau, karena warna airnya hitam," Rabu (3/11/2021).
Sebagai petani, ia merasa sangat terganggu dengan kondisi air Kali Rasmi yang seperti ini. Mengingat hal tersebut sangat berpengaruh pada pertumbuhan padi sehingga hasil panennya menurun.
Tatang menjelaskan, apabila airnya normal minimal enam ton dalam satu hektare. Tapi, dengan kondisi air seperti sekarang paling lima ton.
Menurutnya, ada sekitar 400 hektare lahan pertanian yang memanfaatkan air dari Kali Risma. Lahan tersebut tersebar di beberapa desa di Karang Bahagia.
"Lahan pertanian yang terdampak 400 hektare, berada di Desa Karang Raharja, Karang Setia, Karang Anyar, Karang Bahagia. Harapan saya bisa ada tindaklanjutnya, agar hasil pertanian lebih bagus," ungkapnya.
Keluhan senada disampaikan petani lainnya, Akhmad (50). Meski sering terjadi, ia mengatakan selama ini belum ada langkah dari petani untuk mengatasi persoalan.
"Belum pernah mengadukan persoalan ini ke pemerintah Kabupaten Bekasi. Ini sudah terjadi sudah lama, tapi belum ada tindak lanjut dari pemerintah setempat," jelasnya.
Komentar
Posting Komentar