matacameranews.blogspot.com - Menteri BUMN Erick Thohir mengajak pedagang bakso yang tergabung dalam Paguyuban Pedagang Mi dan Bakso (Papmiso) Indonesia untuk memanfaatkan teknologi penyimpanan daging sapi melalui program pendanaan serta pendampingan.
"Cold storage sebagai sistem penyimpanan daging kita coba pilot project dulu di sini. Saya mengajak BRI, kita coba, satu ada program untuk pendanaan tukang bakso, tidak hanya pendanaan juga pendampingan," katanya saat berdialog bersama Pengurus Papmiso Indonesia di Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi, Rabu.
Dia menjelaskan sistem penyimpanan daging swadaya bagi para pedagang bakso melalui skema koperasi pedagang dibutuhkan untuk menyiasati ketersediaan pasokan daging terutama saat harga daging melonjak tinggi.
"Tadi saya sudah bicara dengan paguyuban tukang bakso. Ini langkah penting karena merupakan bentuk layanan masyarakat kita juga yang mayoritas senang bakso namun tentu kondisi pasar yang tidak seimbang ini juga harus kita perhatikan," katanya.
Erick mengaku tingginya kebutuhan daging masyarakat memaksa pemerintah masih melakukan impor daging demi menjaga ketersediaan daging di pasaran. Sebagai importir, kenaikan harga tentu tidak bisa dihindari dan tempat penyimpanan ini menjadi salah satu opsi mengurangi belanja saat harga daging melambung.
"Jadi ketika harga daging mahal, kita punya stok, toh fluktuasi kenaikan harga daging ini meningkat, biasanya tiap tahun berulang-ulang. Ketika harga murah, dibeli dan disimpan. Bukan berarti juga.daging yang disajikan kualitasnya tidak bagus. Tetap ada komposisi daging bakso yang memang fresh. Itu yang kami coba lakukan perbaikan itu sehingga ada solusi," katanya.
Dirinya juga telah berkoordinasi dengan Anggota DPRD Kabupaten Bekasi untuk membantu menyusun regulasi terkait kerja sama antara koperasi pedagang bakso dengan BUMN.
"Bahwa penting sekali bagaimana merapihkan ekosistem ini, tadi saya juga bicara sama anggota dewan yang ada di Bekasi. Kita akan undang lagi pimpinan di sini untuk duduk lagi bersama-sama menyelesaikan masalah ini, khususnya di daerah Jakarta, Banten, Bekasi, dan Bogor," katanya.
Ketua Papmiso Indonesia Bambang Hariyanto mengungkapkan kenaikan harga daging sapi yang kerap terjadi menjadi momok para pedagang bakso dalam menjalankan usahanya.
"Tadi Pak Menteri sudah dengar keluh kesah kami tentang harga kebutuhan bahan yang naik, harga daging sapi yang sering naik. Di saat ekonomi mau berjalan lagi tapi kita malah dihantam dengan harga kebutuhan pasar yang mahal," katanya.
Bambang menyebut saat ini harga daging lokal di pasaran sudah mencapai Rp125.000 sedangkan daging impor asal India berkisar Rp140.000-Rp150.000 dari harga normal Rp80.000-Rp100.000.
"Posisi kami sebagai konsumen terakhir, inilah sulitnya kami karena harga naik. Kalau kami naikkan harga bakso, pembeli pada kabur. Kami minta intervensi pemerintah agar permasalahan selesai. Saya rasa wacana cold storage akan efektif sebab saat harga murah kami bisa menyetok daging sebanyak-banyaknya. Jadi saat harga naik atau langka, barang kebutuhan kami tetap aman," kata dia.
"Cold storage sebagai sistem penyimpanan daging kita coba pilot project dulu di sini. Saya mengajak BRI, kita coba, satu ada program untuk pendanaan tukang bakso, tidak hanya pendanaan juga pendampingan," katanya saat berdialog bersama Pengurus Papmiso Indonesia di Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi, Rabu.
Dia menjelaskan sistem penyimpanan daging swadaya bagi para pedagang bakso melalui skema koperasi pedagang dibutuhkan untuk menyiasati ketersediaan pasokan daging terutama saat harga daging melonjak tinggi.
"Tadi saya sudah bicara dengan paguyuban tukang bakso. Ini langkah penting karena merupakan bentuk layanan masyarakat kita juga yang mayoritas senang bakso namun tentu kondisi pasar yang tidak seimbang ini juga harus kita perhatikan," katanya.
Erick mengaku tingginya kebutuhan daging masyarakat memaksa pemerintah masih melakukan impor daging demi menjaga ketersediaan daging di pasaran. Sebagai importir, kenaikan harga tentu tidak bisa dihindari dan tempat penyimpanan ini menjadi salah satu opsi mengurangi belanja saat harga daging melambung.
"Jadi ketika harga daging mahal, kita punya stok, toh fluktuasi kenaikan harga daging ini meningkat, biasanya tiap tahun berulang-ulang. Ketika harga murah, dibeli dan disimpan. Bukan berarti juga.daging yang disajikan kualitasnya tidak bagus. Tetap ada komposisi daging bakso yang memang fresh. Itu yang kami coba lakukan perbaikan itu sehingga ada solusi," katanya.
Dirinya juga telah berkoordinasi dengan Anggota DPRD Kabupaten Bekasi untuk membantu menyusun regulasi terkait kerja sama antara koperasi pedagang bakso dengan BUMN.
"Bahwa penting sekali bagaimana merapihkan ekosistem ini, tadi saya juga bicara sama anggota dewan yang ada di Bekasi. Kita akan undang lagi pimpinan di sini untuk duduk lagi bersama-sama menyelesaikan masalah ini, khususnya di daerah Jakarta, Banten, Bekasi, dan Bogor," katanya.
Ketua Papmiso Indonesia Bambang Hariyanto mengungkapkan kenaikan harga daging sapi yang kerap terjadi menjadi momok para pedagang bakso dalam menjalankan usahanya.
"Tadi Pak Menteri sudah dengar keluh kesah kami tentang harga kebutuhan bahan yang naik, harga daging sapi yang sering naik. Di saat ekonomi mau berjalan lagi tapi kita malah dihantam dengan harga kebutuhan pasar yang mahal," katanya.
Bambang menyebut saat ini harga daging lokal di pasaran sudah mencapai Rp125.000 sedangkan daging impor asal India berkisar Rp140.000-Rp150.000 dari harga normal Rp80.000-Rp100.000.
"Posisi kami sebagai konsumen terakhir, inilah sulitnya kami karena harga naik. Kalau kami naikkan harga bakso, pembeli pada kabur. Kami minta intervensi pemerintah agar permasalahan selesai. Saya rasa wacana cold storage akan efektif sebab saat harga murah kami bisa menyetok daging sebanyak-banyaknya. Jadi saat harga naik atau langka, barang kebutuhan kami tetap aman," kata dia.
Komentar
Posting Komentar